Pages

Jumat, Mei 02, 2014

Penderita Tuberkulosis Bisa Sembuh

Hi friends, ini kali ketiga aku bahas soal tuberkulosis alias TB. Pasti banyak yang heran kan, mengapa aku semangat banget berulang kali nulis soal penyakit ini. Alasan utamanya sih agar kita semua (khususnya yang baca blog ini) jadi punya informasi yang cukup soal penyakit yang jumlah penderitanya masih sangat tinggi di Indonesia.

Fakta seputar penyakit TB

Kalau dari data yang aku baca di sini fakta penting tentang penyakit TB adalah seperti ilustrasi di bawah ini :

animasi-bergerak-dokter-0024
ilustrasi oleh penulis (animasi dari sini)

Mungkin banyak yang heran, mengapa penderita TB di Indonesia bisa sebanyak itu. Sebenarnya, hal tersebut dinilai wajar jika mengingat jumlah penduduk di Indonesia yang sangat banyak. Namun, menurut Direktur Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama yang aku kutip dari sini, ada 3 faktor penyebabnya, yaitu :
  1. Waktu pengobatan yang relatif lama (6 - 8 bulan), sehingga seringkali pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai.
  2. Masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant = kebal terhadap bermacam obat).
  3. Adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul.

Jangan Pesimis, TB dapat disembuhkan

Mengingat bahwa TB merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia, maka dunia menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian MDGs. Ada 4 indikator untuk mengukur keberhasilan penanganan TB, yaitu prevalensi, mortalitas, penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan.

Mengetahui fakta-fakta tersebut di atas, mungkin kita jadi pesimis dapat berhasil menangani penyakit TB itu. Sebenarnya, kita tak perlu pesimis dan ragu, karena ternyata Indonesia telah berhasil menangani penyakit ini dengan baik. Pencapaian indikator MDG untuk TB di Indonesia cukup memuaskan dan diperkirakan semua indikator TB akan dicapai sebelum waktu yang ditentukan pada tahun 2015.

Menurut Tjandra Yoga Aditama di sini, Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian akibat TB. Insidens TB berhasil diturunkan sebesar 45%, yaitu 343 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 189 per 100.000 penduduk (2010). Prevalensi TB diturunkan sebesar 35%, yaitu 443 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 289 per 100.000 penduduk (2010). Selanjutnya, angka kematian diturunkan sebesar 71%, yaitu 92 per 100.000 penduduk (1990) menjadi 27 per 100.000 penduduk (2010).

Atas prestasi luar biasa dalam penanggulangan TB tersebut, Indonesia mendapatkan Achievement Award dari Global Health USAID pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2013 yang lalu. Bahkan sebelumnya, Sekjen PBB Ban Ki Moon menyampaikan penghargaan atas upaya pengendalian TB di Indonesia pada tahun 2012 melalui surat langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Indonesia dalam menanggulangi TB sudah berada dalam "jalur" yang benar. Kenyataan tersebut tentu akan dapat menambah besarnya motivasi bagi penderitanya untuk mau menjalani pengobatan sampai sembuh. Bagi penderita yang ingin sembuh, hanya ada 1 cara yang dapat dilakukan yaitu : pengobatan harus dijalani dengan teratur dan disiplin. Mengingat bahwa obatnya sudah tersedia hingga ke tingkat puskesmas dan gratis, jadi tak ada alasan untuk tidak berobat karena ketiadaan biaya. Obat yang disediakan gratis oleh pemerintah ini terbukti ampuh dalam mengobati TB.

animasi-bergerak-dokter-0026
ilustrasi oleh penuli (animasi dari sini)

Agar penderita tetap bersemangat menjalani sesi pengobatan tersebut, maka keluarga dan lingkungan perlu untuk mendukung dan memberi semangat. Dengan adanya dukungan tersebut, diharapkan penderita dapat bertahan melalui hal-hal yang tidak menyenangkan akibat efek dari obat yang harus dikonsumsi. Selain itu, dukungan keluarga dan lingkungan diharapkan dapat membuat penderita dapat bertahan melalui lamanya masa pengobatan.

Jadi, TB sudah jelas bisa disembuhkan, tugas kita untuk men-support penderitanya untuk menjalani pengobatan dengan teratur dan disiplin. Bisa kan?

Referensi:
http://blog.tbindonesia.or.id/?p=272
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1444
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2261




Tulisan ini disertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberkolosis

10 komentar:

  1. semoga penderita TB bisa berkurang ya di Indonesia.. semoga menang mbak kompetisinya :D

    BalasHapus
  2. ita benar Mbak Reni, anak saya sembuh total lho...cuman mau ikutan nulis kok masi belum pede ya padahal py true story..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho, kenapa gak pede nulis mak? Ayooo ikutan Mak, diniatkan utk berbagi informasi. Ayo mak... jangan malu2 lagi

      Hapus
  3. Pripun Kabarnnya Mbak Reni ?

    Mas Rio pernah mendapat diagnosis yang salah dari dua dokter yang katanya ada gejala flek dan TB duh betapa saya menjadi sangat sedih karena paling tidak harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu sangat lama dan kontinyu. Alhamdulillah setelah berkonsultasi dengan salah satu teman yang menjadi dokter, akhirnya di test mantoux dan negatif.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah,,penyakit ini bisa disembuhkan juga :)

    BalasHapus
  5. Salam kenal dari Adelays,
    Sekalian memberikan informasi kalau berminat ikut lomba ngeblog berhadiah total Rp. 12.500.000 : saya share disini :
    http://adelays.com/2014/05/02/lomba-nge-blog-berhadiah/

    BalasHapus
  6. semoga semakin banyak penderita TB yang sembuh :)

    BalasHapus
  7. Yang menjadi masalah itu untuk disiplin dan sabar menjalani pengobatan orang-orang kurang bisa..
    Namun, semoga semakin banyak penderita TB yang disembuhkan, ya..

    BalasHapus
  8. Jadi semakin banyak pengetahuan tentang TB.
    Sukses lombanya ya mak :)

    BalasHapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)